π¦ Silicon Valley Bank Bangkrut, Bagaimana Dampaknya? |
Daily Market Performance π |
|
|
Bank asal AS, Silicon Valley Bank (SVB), kolaps pada Jumat (10/3) akibat krisis permodalan. Ini merupakan kasus kegagalan bank terbesar kedua di AS, sekaligus menjadi yang terbesar sejak krisis keuangan 2008. Krisis ini bermula ketika SVB Financial Group (NASDAQ: SIVB) – induk usaha SVB – mengumumkan press release pada Rabu (9/3) bahwa mereka hendak meningkatkan modal senilai 1,75 miliar dolar AS dengan menjual saham biasa dan saham preferen. SVB Financial Group juga mengatakan telah menjual surat berharga senilai 21 miliar dolar AS, yang membuat perusahaan diperkirakan akan membukukan rugi bersih senilai 1,8 miliar dolar AS pada 1Q23. SVB Financial Group tidak menjelaskan alasan mereka hendak meningkatkan modal dan menjual rugi surat berharganya dalam press release. Kurangnya konteks tersebut diperparah dengan waktu pengumuman press release yang kurang tepat, karena diumumkan pada hari yang sama saat Silvergate – bank yang berfokus pada crypto – mengumumkan kolaps. Namun, dalam keterbukaan informasi di Securities and Exchange Commission (SEC), SVB Financial Group mengatakan bahwa penambahan modal ditujukan untuk mengantisipasi "suku bunga yang lebih tinggi, pasar publik dan swasta yang tertekan, dan tingkat cash burn yang meningkat dari klien." SVB juga mencantumkan detail bahwa surat berharga yang mereka jual adalah obligasi pemerintah AS bertenor panjang dengan rata-rata yield 1,79%, jauh di bawah yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang saat ini di kisaran 3,9%. SVB sendiri – yang merupakan bank terbesar ke-16 di AS berdasarkan aset pada 2022 – memiliki mayoritas nasabah startup teknologi. SVB juga menjadi penyedia utang bagi startup, berbeda dari kebanyakan bank tradisional. Ketika The Fed mulai meningkatkan suku bunga sejak tahun lalu untuk mengatasi inflasi, kondisi tersebut membuat startup kesulitan memperoleh pendanaan sehingga perlu menarik simpanan mereka di SVB. Ditambah dengan kekhawatiran terkait likuiditas SVB ketika mereka mengumumkan kebutuhan tambahan modal, nasabah yang cemas pun melakukan penarikan dana besar-besaran. Regulator di California, AS, mencatat bahwa nasabah telah menarik 42 miliar dolar AS dari SVB pada Kamis (9/3), sehingga bank tersebut mengalami defisit kas sebesar 958 juta dolar AS. Pada hari yang sama, harga saham SVB Financial Group melemah -60,4% dalam sehari dan memicu sentimen negatif terhadap sektor perbankan indeks S&P 500 yang anjlok -6,6%. Pada Jumat (10/3), regulator menutup SVB Financial Group dan mengalihkan kepemilikan SVB ke Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC), lembaga pemerintah AS yang menjamin simpanan nasabah perbankan. Dengan langkah ini, SVB Financial Group bukan lagi induk dari SVB dan segala rencana penambahan modalnya dihentikan. Key Takeaway Andrew Martin, Principal di fund manager Alphinity, mengatakan kepada The Sydney Morning Herald bahwa krisis SVB adalah masalah yang spesifik dan kemungkinan tidak akan berdampak sistemik seperti pada krisis keuangan 2008. Pandangan serupa juga disampaikan oleh Jonas Goltermann, Deputy Chief Markets Economist di Capital Economics, yang mengatakan kepada CNN bahwa masalah dalam krisis SVB adalah exposure yang berlebihan pada sebuah industri, yakni startup teknologi. Kejatuhan SVB pada dasarnya disebabkan oleh assets and liabilities mismatch, yang merupakan risiko utama model bisnis perbankan. Sebab, bank menyalurkan kredit (aset) untuk jangka panjang, sedangkan simpanan nasabah (liabilitas) dapat ditarik dalam jangka pendek. Bagi investor, cara untuk menganalisis kemampuan likuiditas bank adalah dengan melihat Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR). Untuk mengantisipasi masalah serupa terjadi di masa depan, The Fed mengumumkan program pendanaan baru bernama Bank Term Funding Program (BTFP) pada Minggu (12/3). The Fed menyebut bahwa program ini akan menjadi sumber likuiditas tambahan bagi bank, sehingga mereka tidak perlu menjual surat berharganya untuk memenuhi likuiditas. |
|
|
π BYAN Cetak Laba Rp33,6 T pada 2022 |
$BYAN: Bayan Resources mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar +79,6% YoY menjadi 2,18 miliar dolar AS (33,6 triliun rupiah) pada 2022, didorong oleh kenaikan pendapatan sebesar +64,9% YoY menjadi 4,7 miliar dolar AS. Beberapa wilayah mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang tinggi, yakni Asia Tenggara (+79,1%), Asia Selatan (+114,8%), dan domestik (+119,6%). Sejalan dengan pendapatan, seluruh margin laba BYAN meningkat. $INKP: Indah Kiat Pulp & Paper mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar +62,9% YoY menjadi 857,5 juta dolar AS (13,2 triliun rupiah) pada 2022. Pendapatan tumbuh +13,8% YoY menjadi 4 miliar dolar AS, sementara beban pokok pendapatan naik lebih moderat ( +5,4% YoY). Realisasi ini mendorong laba kotor tumbuh +29,4% dan GPM naik menjadi 39,7% (vs. 2021: 34,9%).
$HATM: Emiten pelayaran Habco Trans Maritima meraih kontrak pengangkutan kargo dari Grup Tsingshan melalui Guang Ching Nickel and Stainless Steel (GCNS). Melalui kontrak berdurasi 7 tahun ini, HATM akan mengangkut kargo bagi Tsingshan/GCNS hingga 4,2 juta metrik ton per tahun dengan nilai kontribusi sebesar 475 miliar rupiah per tahun. $MIDI: Anak usaha Midi Utama Indonesia yang mengelola jaringan gerai Lawson, PT Lancar Wiguna Sejahtera (LWS), melakukan peningkatan modal melalui penerbitan 207,1 juta saham baru dengan harga pelaksanaan 966 rupiah per saham. Nilai transaksi ini mencapai 200 miliar rupiah, yang diambil bagian oleh 3 perusahaan afiliasi LWS. Setelah transaksi ini, kepemilikan MIDI di LWS berkurang dari 99% menjadi 70%.
|
Berikut adalah kinerja emiten properti Grup Sinar Mas pada 2022: $BSDE: Laba bersih Bumi Serpong Damai melesat +262,5% YoY menjadi 1,5 triliun rupiah pada Q4 2022. Pendapatan tumbuh +24,2% YoY menjadi 3,1 triliun rupiah, salah satunya didorong penjualan tanah dan lahan bangunan yang tumbuh +43,9% YoY dan menyumbang 73% terhadap pendapatan. Sementara itu, beban pokok pendapatan turun -29,2% YoY. Dibandingkan dengan Q3 2022 (QoQ), laba bersih juga tumbuh +233,2%. Meskipun pendapatan melemah -6,6%, beban pokok pendapatan (-37,1%), total beban usaha (-16,3%), dan beban keuangan (-67,5%) turun lebih dalam. Secara kumulatif sepanjang 2022, laba bersih BSDE naik +80,4% YoY menjadi 2,4 triliun rupiah. Pendapatan tumbuh +33,7% YoY menjadi 10,2 triliun rupiah. Segmen tanah dan lahan bangunan masih menjadi pendorong dengan kenaikan +39% YoY dan mampu meng-offset penjualan apartemen yang turun -30,5% YoY. (IDX) Kinerja BSDE pada 2022 melampaui estimasi konsensus analis dengan proyeksi 1,3 triliun rupiah untuk laba bersih (capaian 177%) dan 8,0 triliun rupiah untuk pendapatan (capaian 128%). $DMAS: Laba bersih Puradelta Lestari melesat +461,4% YoY menjadi 450 miliar rupiah pada Q4 2022. Pendapatan meningkat +406,4% YoY menjadi 676 miliar rupiah. Sementara itu, total beban usaha naik lebih moderat (+34,9%). Dibandingkan dengan Q3 2022 (QoQ), laba bersih naik +318,1%, didorong pertumbuhan pendapatan sebesar +257,5%, sedangkan total beban usaha turun -1,3%. Secara kumulatif sepanjang 2022, laba DMAS tumbuh +70,3% YoY menjadi 1,2 triliun rupiah. Pendapatan naik +34,1% YoY menjadi 1,9 triliun rupiah, ditopang segmen industri yang tumbuh +20,1% dan berkontribusi 73,3% terhadap pendapatan. Di sisi lain, beban pokok pendapatan turun -6,2% YoY sehingga margin laba kotor (GPM) mencapai level tertinggi sepanjang masa di 71,2%. Kenaikan margin laba juga didorong kenaikan harga rata-rata lahan industri di kawasan GIIC. (IDX) Kinerja DMAS pada 2022 melampaui estimasi konsensus analis dengan proyeksi 1,1 triliun rupiah untuk laba bersih (capaian 116%) dan 1,8 triliun rupiah untuk pendapatan (capaian 107%).
| Beberapa data ekonomi yang rilis pekan lalu (6-10 Maret 2023): Indonesia: Cadangan devisa Februari (US$140,3 miliar vs Januari US$139,4 miliar) Australia: Reserve Bank of Australia cash rate (3,6% vs Februari 3,35%) Tiongkok: Neraca perdagangan 2M23 (surplus US$116,9 miliar vs 2M22 surplus US$109,5 miliar) Indonesia: Indeks Keyakinan Konsumen Februari (122,4 vs Januari 123) Amerika Serikat: Neraca perdagangan Januari (defisit US$68,3 miliar vs Desember defisit US$67,2 miliar) Amerika Serikat: JOLTs Job Openings Januari (10,8 juta pekerjaan vs Desember 11,2 juta pekerjaan) Tiongkok: Tingkat inflasi YoY Februari (1% vs Januari 2,1%) Indonesia: Penjualan ritel YoY Januari (-0,6% vs Desember +0,7%) Indonesia: Penjualan mobil YoY Februari (+7,4% vs Januari +11,8%) Amerika Serikat: Non-Farm Payrolls Februari (311 ribu pekerjaan vs Januari 504 ribu pekerjaan) Amerika Serikat: Tingkat pengangguran Februari (3,6% vs Januari 3,4%)
|
|
|
Saham Top Gainer Hari Ini π₯ |
| |
Saham Top Loser Hari Ini π€ |
|
|
Performa Sektor Hari Ini π |
|
|
π₯ Hal lain yang lagi hot yang perlu kamu ketahui... | Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia ( Gaikindo) mencatat bahwa penjualan wholesales mobil di dalam negeri mencapai 86.954 unit pada Februari 2023 (+7,3% YoY, -7,6% MoM). Secara kumulatif selama 2M23, penjualan wholesales mobil mencapai 181.077 unit (+9,6% YoY). HYBE Co. Ltd., agensi dari boyband BTS, mengumumkan mundur dari penawaran untuk mengakuisisi SM Entertainment dengan alasan harga. Dengan demikian, Kakao Corp. kini menjadi pihak yang akan mengakuisisi SM Entertainment. Pekan lalu, Kakao menawarkan harga 150.000 won per saham untuk mengakuisisi 35% saham SM Entertainment, lebih tinggi dari tawaran HYBE sebesar 120.000 won per saham untuk mengakuisisi 25% saham. Gunung Merapi mengalami erupsi pada Sabtu (11/3) siang. Akibatnya, sejumlah wilayah di Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Boyolali, Temanggung, dan Wonosobo mengalami hujan abu. Sejak November 2022, status Gunung Merapi berada di level III atau 'siaga'. Volta, anak usaha NFC Indonesia ($NFCX) sekaligus produsen motor listrik, mengumumkan kerja sama dengan PLN. Melalui kerja sama ini, konsumen dapat membeli motor listrik Volta di aplikasi PLN Mobile.
|
Kutipan menarik dari komunitas Stockbit minggu ini |
π¦ Apa yang Terjadi dengan Silicon Valley Bank (SVB) dan Apa Efeknya? |
|
|
| "Semoga tech group besar domestik dan ekosistem keseluruhan startup cepat pulih kembali setelah seleksi alam ini dan tidak terkena impact besar dari SVB." — Ray94 Akhir minggu lalu semua dikagetkan dengan kasus yang menimpa Silicon Valley Bank yang mengakibatkan harga sahamnya turun drastis hanya dalam beberapa jam. Banyak kalangan yang khawatir dampak kasus yang terjadi ini akan mengakibatkan market crash seperti 2008 silam. Lantas, apa sebenarnya yang sedang terjadi pada Silicon Valley Bank saat ini dan apakah kejadian ini adalah awal dari rententan crash yang akan terjadi di masa depan? Melalui tulisannya, Ray94 memberikan pandangannya mengenai hal tersebut dan kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Penasaran? Simak selengkapnya di sini! |
|
|
Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved. Anda menerima email ini karena terdaftar sebagai akun aktif di Stockbit atau telah daftar melalui website Stockbit / Stockbit Snips. Disclaimer:
Email ini dikirim oleh PT Stockbit Sekuritas Digital ("Stockbit"), Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Semua konten dalam email ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/ menjual saham tertentu. Always do your own research.
Selanjutnya, Semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah. Domain resmi Stockbit adalah "https://stockbit.com/" dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri "@Stockbit.com" Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.
Want to change how you receive these emails? Unsubscribe here
|
|
|
|
Komentar
Posting Komentar